Selasa, 10 Maret 2009

Nonton Bola


Oleh : Ruslan H. Husen

Malam mulai larut, udaranya dingin menusuk tulang. Sesekali angin bertiup menambah dingin suasana. Orang-orang lebih memilih tinggal di dalam rumahnya, bergelut dengan sarung dan selimut ditubuh. Di tambah dengan minuman hangat, guna mengusir hawa dingin yang mulai menyerang.

Dinginnya malam tidak mematikan niat Riko, seorang remaja bersama teman-temannya mendatangi rumah Sukri, yang juga masih memiliki hubungan keluarga dengannya. Kedatangan itu untuk menyaksikan pertandingan sepak bola piala dunia yang akan di siarkan langsung nanti di stasiun TV swasta di negeri ini.

Riko dan teman-temannya itu, bukannya tidak memiliki TV di rumahnya, tetapi untuk siaran sepak bola ini tidak bisa ditangkap, karena di acak alias tidak memiliki siaran penerimaan, namun untuk siaran lain kecuali bola penerimaannya sangat baik.

“Apa boleh buat, semuanya harus di jalani demi sebuh hobi.” Desah Riko dalam hati.
Siaran pertandingan sepak bola itu baru di mulai jam 9 malam, dan itu di teruskan dengan 2 pertandingan selanjutnya. Sehingga diikuti terus akan sampai jam 4 subuh hari.

Bagi Riko dan teman-temannya, begitu juga dengan Sukri, tidak ada masalah dalam begadang asal dapat menyaksiakan laga tim kesayangannya bertanding.
Demikianlah para penonton sepak bola itu, bukan Sukri dan teman-temannya saja. Tetapi kejadiaan semacam ini juga merambah hampir keseluruh orang di daerah ini. Dan juga menjamur ke seluruh negara. Menjadikan mereka demam bola (Maniak Bola).

* * *
Media massa itu terdiri dari media elektronik dan media cetak. Media massa ini utamanya TV, telah menjadi investasi menjanjikan dalam mempengaruhi opini publik untuk mempublikasikan suatu produk atau barang.

Pengaruh media massa kini merambah kesetiap penjuru daerah. Media massa kini bukan hanya di nikmati oleh orang kota saja tetapi juga di nikmati oleh orang di pedesaan. Bahkan pengaruh media massa itu juga merambah konsumennya tanpa mengenal batas usia. Kini yang menyimak acara-acara media massa utamanaya TV bukan hanya orang tua saja, tetapi juga anak-anak juga menjadi penonton utamanya.

Apa yang di tampilkan dalam berbagai media massa sesungguhnya tidak lepas dari kepentingan para pemilik modal dalam mempublikasikan suatu hasil produk. Media massa di jadikan sarana mempengaruhi publik dalam mensosialisasikan nilai barang.

Para penyimak sajian-sajian media massa bukan lagi berposisi sebagai penonton tetapi dituntut untuk menjadi pelaku. Media massa itu boleh dikata menghipnotis penyimaknya untuk melakukan tindakan sesuai dengan keinginnanya. Misalanya, mengirim sms untuk mendukung salah satu bintang yang ditampilkan dengan iming-iming hadiah.

Acara-acara yang di tampilkan-pun banyak tidak bernilai pendidikan, hampir semuanya bernilai bisnis demi keuntungan pada pemilik modal (kapitalis). Lihat saja acara-acara seperti KDI, AFI, Indonesia Idol, Audisi Pelawak dan acara-acara sejenis lainnya, semuanya menyuruh penonton untuk menyerahkan pulsa yang di milikinya untuk mendukung bintang yang di tampilkan.

Memang kelihatan seperti hiburan, tetapi hakikatnya adalah bisnis. Dari satu kali tayang acara favorit keutungan yang di peroleh media massa itu sangat berlimpah. Sehingga keberadaan acara-acara sejenis dari hari kehari tidak mengalami pengunduran, malahan akan terus di pelihara.

Selain itu, media massa sekarang ini telah di posisikan sebagai kiblat. Peran media massa yang demikian gencarnya telah mempengaruhi pola hidup sebagian besar masyarakat. Masyarakat secara umum telah menjadikan media massa utamanya TV sebagai kiblat atau orientasi cara berfikir yang nantinya akan mempengaruhi cara pandang dan tingkah lakunya sehari-hari.

Lihat saja, tayangan-tayangan model rambut, model baju yang di tampilkan dalam media itu, ternyata hari ini di saksikan juga dalam lingkungan kita. Kalau kenyataan itu dahulu asing dan tabu, sekarang menjadi hal yang lazim dan lumrah dilakukan. Berbagai macam gaya hidup yang di tampilkan dalam media massa, kini telah ditiru secara mentah oleh orang-orang di sekitar kita.

* * *
Kedepan penguasaan terhadap media massa memang mutlak untuk dilakukan, dalam rangka perbaikan tatanan kehidupan guna melahirkan peradaban yang berprikemanusiaan. Karena media itulah yang paling mudah berhubungan dengan seluruh masyarakat.

Media massa itu, paling tidak harus di kontrol agar tidak melakukan pelanggaran dan menyesatkan masyarakat pada suatu realitas yang merusak. Media harus memposisikan diri sebagai pembaharu masyarakat dalam meningkatkan mutu peradaban.
Kerusakan masyarakat hari ini, tidak-lah bisa di lupakan begitu saja tanpa peran media di dalamnya. Dalam artian media massa berpotensi memperbaiki masyarakat dan berpotensi merusak masyarakat.

Sikap yang dapat dilakukan adalah melarang untuk jangka pendek agar pengaruh negatif dari tayangan media massa yang merusak nilai-nilai kemanusiaan dapat di minimalisir. Dan pada saat yang sama, untuk jangka panjang harus bersikap produktif melakukan pewarnaan dan penguasaan terhadap media massa itu.

Usaha ini tidak-lah mudah, perlu dukungan semua pihak dengan tetap kontinyu melakukan sosialisasi tentang pentingnya media massa dalam perbaikan peradaban manusia.

* * *
Di Tengah Malam,
Antara Keinginan Menonton Bola
Rabu, 14 Juli 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar