Selasa, 10 Maret 2009

Kendaraan Politik


Oleh : Ruslan H. Husen

Hari mulai siang meninggalkan pagi. Udara sudah tidak lagi dingin seperti tadi subuh. Cahaya matahari terus menerangi bumi, tanpa terhalang oleh awan-awan kelabu. Sesekali angin bertiup menerbangkan debu-debu, yang banyak timbul jika musim kemarau seperti ini.

Dalam ruangan sebuah hotel di kota ini. Tamu-tamu undangan sudah mulai berdatangan, sementara panitia dengan pakaian biru seragam sejak tadi, terus bersibuk-sibuk menyiapkan acara pembukaan konferensi partai. Nampak pengurus partai dengan pakaian biru, bercengkrama dengan beberapa undangan. Sesekali tersungging senyum di ikuti tawa menghiasi wajah mereka.

"Assalamu 'alaikum War. Wab. Saudara-saudara sekalian ......". Suara protokoler membuka acara pembukaan konferensi partai itu. Dia nampak begitu rapi di iringi dengan suara lantang yang khas. Suara salam menggema menjawab sapaan salam sang protokoler. Protokoler mulai membacakan susunan acara yang akan di lalui pada kesempatan ini. Yang menarik di sana sambutan-sambutan yang nanti akan di bawakan oleh pengurus partai lama dan sambutan dari gubernur sekaligus membuka acara.

Lantunan acara terus berjalan dengan lancar. Para undangan terus menyimak acara dengan hikmah. Memang acara ini, merupakan acara besar yang di lakukan oleh partai besar dengan pendukung yang telah mendapat simpati dari masyarakat luas. Simpati itu lahir selain, kemampuan pengurus dan simpatisan partai yang memikat hati masyarakat, juga isu-isu yang dikemas dan memikat publik.

Kini giliran pengurus partai lama yang memberikan sambutan dalam konferensi ini, di wakili oleh ketua umumnya. Badannya besar dan tegap, di hiasi kumis tipis tajam. Langkahnya begutu pasti mendekati podium, meraih mic dan memandang ke undangan. Terasa juga dalam hatinya demam panggung, yang selalu hadir pada siapa-pun. Namun ia sudah pengalaman, maka demam panggung itu tidak berlangsung lama dan penguasaan forum telah di lakukan.

"...... saya berharap partai ini jangan di jadikan sebagai kendaraan politik. Untuk mencapai jabatan eksekutif atau legislatif. Yang lebih di utamakan adalah kepentingan rakyat. Kemiskinan yang meraja-lela, pengangguran yang terus bertambah. Sehingga potensi partai digunakan untuk mengatasi penyakit sosial itu". Kata ketua umum lama.

* * * * *
Dari namanya saja, "partai politik", sudah menggambarkan sebagai medium politik. Dari sanalah sarana untuk mencari perhatian dan simpati publik, guna meloncat pada jabatan legislatif atau eksekutif. Partai politik ini bermakna kendaraan politik, dalam mencapai jabatan politik. Jika partai tidak ingin atau keluar dari perpolitikan maka ia tidak ubahnya dengan yayasan.

Yayasan hanya berorientasi pada pencapaian cita-cita internal dengan memanfaatkan potensi sumber daya yang di miliki. Yayasan tidak melakukan propaganda dan mempengaruhi opini publik dalam mencari simpatinya. Di utamakan peningkatan potensi anggota dalam mencapai keuntungan.

Mengatakan partai politik bukan sebagai batu loncatan untuk mencapai jabatan eksekutif dan legislatif, merupakan kata yang tidak mengerti substansi politik. Di

Tidak ada komentar:

Posting Komentar